Belum habis riuh rendah gemuruhnya Pilkada DKI Jakarta di Indonesia, sekarang perhatian saya dialihkan pada terpilihnya Trump sebagai Presiden Amerika. Sebagai orang Indonesia, seorang ibu, muslimah, besar di Jakarta, dan sekarang tinggal di Amerika, dua kejadian ini cukup menyita pikiran dan perasaan saya. Keduanya cukup membuat saya miris, khawatir, dan terus terang, takut.
Saya memang takut kalau demo yang disebut sebagai aksi damai bela Islam 4 November lalu itu akan ricuh dan menimbulkan mudhorot lain. Membayangkan hal-hal buruk terjadi seperti di tahun 1998 mungkin berlebihan, akan tetapi itu tidak mustahil. Alhamdulillah ketakutan beralasan saya itu tidak terjadi karena secara umum aksi tersebut damai. Tapi kenyataannya curahan pandangan tentang aksi ini masih belum berhenti, baik langsung maupun lewat media sosial. Tentu, tidak ada yang boleh melarang seseorang mengungkapkan pendapatnya. Tetapi dalam pelaksanaannya, orang sering lupa kalau ia tidak bisa memaksakan pendapatnya pada orang lain, tidak boleh mengolok-olok yang berbeda, dan harus tetap bersikap adil dalam suasana apapun. Continue reading